Fenomena Konten Viral di Media Sosial

Fenomena Konten Viral di Media Sosial


Ketika suatu topik sedang tren di media sosial biasanya diawali dengan konten yang dapat menyita perhatian banyak orang.

Dan ketika konten tersebut menjadi viral di salah satu jaringan media sosial, maka semakin besar kemungkinan konten tersebut juga menyebar di media sosial lainnya, bahkan masuk di berbagai media massa.

Melihat begitu besarnya jangkauan yang dihasilkan dengan adanya konten yang menjadi viral, maka tak sedikit penggiat mediat sosial ingin menjadikan kontennya menjadi viral.

Terutama mereka yang dengan konsep "Content is a King" berlomba-lomba menciptakan konten viral demi meningkatkan popularitasnya.



Siapapun dapat terkenal apabila konten yang dibuatnya telah menjadi viral.

Bahkan ketika akun yang tidak populer sekalipun dapat menjadi populer ketika konten yang dibuatnya menjadi viral. Namun yang menjadi pertanyaan adalah:


Seberapa viral konten viral?

Jika berbicara soal konten viral, tentunya kita akan bicara tentang seberapa besar konten tersebut dapat menarik perhatian audiens.

Mulai dari skala kecil seperti viral yang hanya di satu kelompok atau komunitas saja, atau viral yang benar-benar viral di berbagai segmen dan demografi audiens.

Berdasarkan Jangkauan Audiens

Konten dapat menjadi viral ketika dinilai dari segi kekuatan konten yang dapat memberikan kesan mendalam kepada audiensnya. Konten yang kuat memiliki kesamaan pamahaman antara pembuat konten dengan audiensnya, sehingga dapat dengan mudah menyebar ke banyak orang. Namun akan semakin menghilang kekuatannya ketika semakin jauh tersebar.


Berdasarkan Pemahaman Audiens Terhadap Konten


Kekuatan Multimedia


Jadi, seberapa viral konten viral? Semua tergantung tentang pemahaman audiens.

Mulai dari mereka yang sangat memahami tentang konten karena adanya hubungan kedekatan dengan si pembuat atau penyebar konten, hingga audiens yang sekedar ikut-ikutan menjadi bagian dalam proses viralnya suatu konten, hingga bentuk penyebarannya.

Namun jika audiens yang menjadi target penyebarannya tidak memahami, tidak tertarik atau bahkan tidak peduli dengan konten tersebut, maka saat itu pula penyebaran konten akan terhenti.

Seberapa lama konten viral dapat bertahan?

Kita sering menjadi bagian dari konten viral di media sosial, namun berapa lama perhatian kita tertuju pada konten viral tersebut? Sama artinya dengan audiens yang menjadi target penyebarannya tidak memahami atau bahkan tidak peduli dengan konten tersebut, maka saat itu pula penyebaran konten akan terhenti.

Konten Viral juga dapat berhenti apabila para audiensnya sudah tidak peduli lagi dengan konten tersebut. Beberapa diantaranya seperti karena rasa bosan, atau karena adanya konten viral lainnya.

Contoh viral yang 'hilang' begitu saja:


Game Pokemon Go yang dibuat selama bertahun-tahun dengan sangat "sempurna" dan menjadi viral di seluruh dunia, terlupakan begitu saja setelah beberapa bulan.

Apakah konten viral dapat berpengaruh pada konten lainnya?

Banyak pembuat konten mampu menjadikan kontennya viral. Namun sayangnya mereka tidak berhasil menjadikan viral pada konten yang dibuat berikutnya.

Hal ini dinilai wajar bila kebanyakan konten yang menjadi viral hanya memiliki kesan unik bagi audiensnya, namun tidak memiliki kesan yang mendalam pada konten lainnya.

Si pembuat konten viral seringkali tidak menyadari bahwa kontennya akan menjadi viral, sehingga tidak memiliki rencana untuk menjadikan viral pada pembuatan konten berikutnya.

Ada pula yang berusaha keras membuat kontennya menjadi viral dengan berusaha memahami audiensnya, namun tidak juga terjadi viral pada kontennya.


Viral Terjadi Secara Alami

Banyak yang berpendapat bahwa segala sesuatu yang menjadi viral terjadi karena "ketidaksengajaan", atau dengan kata lain tidak dapat diprediksi.

Bahkan kita akan sulit mengetahui apakah kita menjadi bagian dari audiens pertama sebelum konten menjadi viral.

Selain itu, ada pula yang membuat kesimpulan atau bahkan tentang cara membuat konten menjadi viral.

Melakukan berbagai macam 'trik' seperti menghabiskan biaya demi meningkatkan jangkauan audiens menjadi lebih besar lagi.

Beberapa diantaranya adalah dengan memasang iklan di media sosial, membayar buzzer, menggunakan banyak akun dan membahas konten yang sama, hingga menggunakan jasa trending topik dan lain sebagainya.

Baca juga:
Fenomena Bisnis Trending Topic di Twitter

Contohnya tentang segala sesuatu yang sedang tren di twitter. Penggunaan jasa trending topik bukan hal yang baru lagi.

Butuh ratusan atau ribuan tweet agar dapat masuk dalam daftar trending topik.

Penyedia jasa menyiapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan, seperti salah satunya dengan menggunakan banyak akun yang hanya dijalankan beberapa orang saja.

Seperti jika kita ketahui saat ini, kebanyakan dari akun tersebut merupakan BOT, atau akun yang tidak memiliki profil sebenarnya seperti pada akun pada umunya.

Akun-akun tersebut bertugas menjadikan viral tentang topik atau konten di media sosial dengan cara penggiringan opini kepada audiensnya bahwa, "topik xxx sedang tren di twitter. Banyak yang membicarakan topik itu".

Baca juga:
Kebohongan Kampanye Politik di Social Media

Sayangnya, menciptakan tren tidak semudah yang kita bayangkan dan rencanakan.

Bahkan artis terkenal yang memiliki banyak fans juga tidak semudah itu membuat kontennya menjadi viral meskipun di kalangan fansnya sendiri.

Ups, viral dengan dampak seperti yang diharapkan oleh si pembuat konten maksudnya.

Namun berbeda jika publik figur melakukan hal aneh seperti berlari keliling kota tanpa pakaian, tentunya peluang menjadi viral akan besar.


Bad News is Good News atau Unik dan Disukai?

Masih banyak orang yang tanpa sadar menyukai berbagai informasi yang bersifat atau berdampak buruk bagi atau tentang mereka dan orang lain.

Berita buruk akan lebih mudah diingat dan menyebar dengan cepat. Selain itu, berita buruk dapat turut serta mempengaruhi audiens lebih cepat dan mudah dalam memberikan responnya.

Selain itu, dampak berita buruk juga dapat bertahan dalam ingatan audiens lebih lama.

Sedangkan segala sesuatu yang unik dan disukai memiliki makna yang lebih positif. Meskipun dapat dengan cepat merangsang audiens untuk memberikan responnya, sayangnya konten yang unik dan disukai kurang dapat bertahan lama dalam ingatan audiensnya.

Bahkan ketika audiens mendapat kesan yang mendalam tentang konten tersebut, peluang untuk menjadikannya ingin menyebarluaskan konten tersebut tidaklah besar.

Hal ini karena rata-rata respon yang diberikan audiens terhadap konten yang unik dan disukai kebanyakan tidak lebih dari hanya memuaskan rasa penasaran bagi para audiensnya.


Viral adalah Bagian dari Fenomena

Dianggap fenomena karena viral sendiri tidak dapat diprediksi dan dan dibuat secara disengaja, bahkan ketika pembuat dan penyebar kontennya sudah dengan rencana sempurna sekalipun.

Selain itu, viral juga dipengaruhi dengan perilaku audiensnya, serta peristiwa yang sedang terjadi.


Kita tidak akan pernah dapat memprediksi konten apa yang akan menjadi viral, kapan suatu konten akan menjadi viral, dan kapan akan berhenti menjadi viral.

Di tengah banyaknya konten yang menjadi viral di media sosial, semuanya memiliki respon yang berbeda-beda bagi tiap audiensnya.

Namun seperti apapun respon audiens terhadap konten yang viral sebaiknya memiliki dampak positif bagi setiap audiensnya, atau setidaknya dapat menghibur audiensnya.


So..

Be Smart, Be Wish



Sony Swangga

Praktisi Humas dan Kampanye Digital