Twitter

My Blog

Latest blog


Twitter merupakan salah satu situs jejaring sosial yang memiliki banyak pengguna. Di Indonesia pada awal 2017, pengguna twitter mencapai 38% dari 106 juta pengguna media sosial secara keseluruhan.


Sony Swangga - Peringkat Pengguna Social Media Indonesia 2017


Jumlah Followers sama dengan Tingkat Popularitas

Pada segi hubungan antar penggunanya, twitter lebih "terbuka". Tidak seperti pendahulunya, facebook, yang harus mengajukan permohonan pertemanan sebelumnya dengan pengguna lainnya agar dapat saling terhubung, pengguna twitter dapat terhubung secara langsung pada tweet siapapun.

Apabila kita ingin mengikuti tweet salah satu penggunanya, maka kita dapat berlangganan dengan cara mengikutinya dengan fitur follow (following) dan kita akan terdaftar sebagai followers.

Sebaliknya, jika kita memproduksi tweet yang dianggap menarik bagi pengguna lainnya, maka mereka akan menjadi pengikut kita dan terdaftar sebagai followers kita.

Fitur Following dan Followers menjadi bagian penting bagi para pengguna twitter. Fitur ini dapat dianggap sebagai tingkat popularitas akun. Semakin banyak jumlah followers suatu akun, maka semakin populer akun tersebut.

Lalu, siapa saja pemilik akun dengan jumlah followers fantastis hingga Mei 2017?


100 Akun Twitter Asal Indonesia Pemilik Followers Terbanyak pada Mei 2017

No. Nama Akun Following Followers
1
AGNEZ.MO.(@agnezmo) 1 070 16 407 210
2
raditya.dika.(@radityadika) 755 15 289 896
3
detikcom.(@detikcom) 33 14 390 093
4
Ramalan.Indonesia.(@TweetRAMALAN) 38 12 642 200
5
luna.maya.(@LunaMaya26) 685 11 354 942
6
Sherina.Sinna.(@sherinasinna) 186 10 901 020
7
Cinema.XXI.(@cinema21) 63 10 080 723
8
METRO.TV.(@Metro_TV) 71 10 031 404
9
S..B..Yudhoyono.(@SBYudhoyono) 153 9 700 286
10
Afgan.(@afgansyah_reza) 592 9 589 451
11
kata.kata.bijak.(@kata2bijak) 131 9 512 506
12
Vidi.Aldiano.(@vidialdiano) 517 8 740 189
13
Mario.Teguh.(@marioteguh) 0 8 156 973
14
tvOneNews.(@tvOneNews) 60 8 147 165
15
Raffi.Ahmad.(@RaffiAhmadLagi) 287 7 936 897
16
Jessica.Iskandar.(@inijedar) 3 7 529 647
17
pepatah.(@pepatah) 152 7 524 135
18
Joko.Widodo.(@jokowi) 59 7 385 657
19
Raisa.Andriana.(@raisa6690) 442 7 191 225
20
TMC.Polda.Metro.Jaya.(@TMCPoldaMetro) 0 6 986 946
21
Ahok.Basuki.TPurnama.(@basuki_btp) 52 6 974 602
22
shireen.sungkar.(@shireensungkar) 717 6 767 265
23
Kompas.com.(@kompascom) 26 6 650 930
24
Bumi.Dinasti.(@bumi__dinasti) 3 6 425 310
25
bunga.citra.lestari.(@bclsinclair) 157 5 807 589
26
Hitam.Putih.Trans|7.(@HitamPutihT7) 510 5 782 264
27
Sandra.Dewi.(@SandraDewi88) 480 5 739 007
28
Laudya.Cynthia.bella.(@Bellaudyaa) 978 5 646 206
29
•Bambang.Pamungkas•.(@bepe20s) 496 5 383 541
30
INDONESIAinLOVE.(@INDONESIAinLOVE) 9 5 275 287
31
TRANS7.(@TRANS7) 376 5 096 398
32
juliaperez.(@juliaperrez) 1 577 5 083 114
33
TRANS.TV.(@TRANSTV_CORP) 306 5 006 988
34
Irfan.Bachdim.(@IrfanBachdim10) 167 5 004 833
35
Ollaufar.(@olla_ramlan) 421 4 958 181
36
Aluna.Sagita.Gutawa.(@gitagut) 252 4 861 206
37
IG:.@PEPATAHKU.(@PEPATAHKU) 0 4 750 305
38
VJ.Daniel.Mananta.(@vjdaniel) 479 4 656 511
39
Gading.Marten.(@gadiiing) 747 4 599 039
40
INDRA.BEKTI.(@indrabektiasli) 6 194 4 353 344
41
ariefmuhammad.(@Poconggg) 0 4 105 239
42
Kevin.Aprilio.(@apriliokevin) 3 4 088 631
43
NOAH.(@NOAH_ID) 342 4 084 992
44
Titi.Kamal.(@Titi_KamaLL) 968 3 958 293
45
FAKTA.FAKTANYA.WOW.(@WOWFAKTA) 148 3 927 543
46
Syahrini.(@PrincesSyahrini) 196 3 893 436
47
Ayu.Dewi.(@mrsayudewi) 416 3 880 624
48
VIVAcoid.(@VIVAcoid) 47 3 859 891
49
Corbuzier.(@corbuzier) 0 3 767 859
50
Rossa.Roslaina.(@mynameisrossa) 332 3 716 038
51
@InfoJakarta (@infojakarta) 146 342 3 676 448
52
IG: @gen987fm (@gen987fm) 2 682 3 658 837
53
JKT48 (@officialJKT48) 232 3 626 020
54
CGV Cinemas (@CGV_ID) 262 3 609 449
55
SCTV (@SCTV_) 1 228 3 598 995
56
AirAsia(Bhs Indo) (@AirAsiaId) 76 868 3 459 402
57
Kick Andy Show (@KickAndyShow) 22 3 423 232
58
detiksport (@detiksport) 327 3 365 525
59
LewatMana.com (@lewatmana) 8 3 259 436
60
Liputan6.com (@liputan6dotcom) 731 3 222 291
61
Merry Riana (@MerryRiana) 758 317 3 178 711
62
Nabilah Ratna Ayu (@nabilahJKT48) 239 3 170 988
63
BMKG (@infoBMKG) 17 3 163 131
64
Anggun Official (@Anggun_Cipta) 264 3 116 675
65
TrollComicIndonesia (@TrollComicIndo) 72 3 116 309
66
Fatin Shidqia Lubis (@FatinSL) 4 792 3 091 930
67
RCTI Official (@OfficialRCTI) 264 3 070 375
68
Denny Cagur (@DennyCagur) 530 3 067 389
69
Garuda Indonesia (@IndonesiaGaruda) 2 172 3 049 360
70
Radio Elshinta (@RadioElshinta) 10 3 002 522
71
Kata Bijak & Nasihat (@NasihatSahabat) 5 2 986 033
72
Yusuf Mansur (@Yusuf_Mansur) 1 2 977 489
73
Starbucks Indonesia (@SbuxIndonesia) 556 2 959 694
74
Prabowo Subianto (@prabowo) 2 019 2 957 490
75
Check Youtube Kita!! (@TwitFAKTA) 8 2 935 665
76
Deddy Mahendra Desta (@desta80s) 454 2 926 530
77
Kamus Cewek (@KamusCewek) 4 2 923 532
78
Soimah (@showimah) 296 2 779 705
79
GEISHA (@geishaindonesia) 697 2 724 410
80
andhika pratama (@dhikacungkring) 567 2 703 374
81
Gisella Anastasia (@gisel_la) 1 020 2 692 899
82
Jusuf Kalla (@Pak_JK) 714 2 686 546
83
IqbaalDhiafakhri-IDR (@iqbaale) 860 2 638 659
84
KASKUS (@kaskus) 223 2 619 959
85
sarah sechan (@sarseh) 145 2 618 214
86
Najwa Shihab (@NajwaShihab) 481 2 611 930
87
Berpepatah (@Berpepatah) 0 2 584 829
88
KOMPAS TV (@KompasTV) 505 2 534 749
89
AdaDiskon.com (@AdaDiskon) 2 2 488 591
90
Tarra Budiman (@TarraBudiman) 518 2 442 223
91
ananda omesh (@omeshomesh) 133 2 431 576
92
Al Ghazali Kohler (@AlKohler7KEPO) 2 2 389 230
93
Titi Rajo Bintang (@TitiRajoBintang) 281 2 366 067
94
dewi sandra killick (@dewisandra) 794 2 347 187
95
zaskia sungkar (@zaskiasungkarIR) 352 2 344 984
96
Armand Maulana (@armandmaulana) 504 2 314 681
97
Rakhmawatifitri (@fitrop) 306 2 314 297
98
BANDUNG (@infobdg) 230 056 2 310 913
99
ANTV (@whatsonANTV) 98 2 278 737
100
Ferry Yolanda F (@Ferrynimous) 12 706 2 274 539

Akun twitter yang kita ikuti tidak terdaftar pada top 100 di atas? Cek di sini
(***)



Oleh:
Praktisi Humas & Pemasaran Digital

Siapa yang tidak setuju jika bisa berbisnis dapat dilakukan kapanpun, dimanapun, dan bagi siapapun. Cara ini hanya bisa dilakukan dengan cara online. Yup, berbekal koneksi internet dan gadget sudah bisa melakukannya.

Baca juga:
Fenomena STARBox, Senjata Baru untuk UKM Indonesia Hadapi MEA

Masalahnya, kebanyakan pebisnis mengawalinya dengan terburu-buru. Mulai dari konsep dan tujuan, hingga cara memaknai media sosial. Berikut Kesalahan Fatal Pebisnis Pemula di Media Sosial:

1. Tidak Terkonsep dan Tidak Terstruktur

Kebanyakan pebisnis pemula di media sosial termotivasi dengan akun-akun lain yang sudah lebih dulu sukses. Sayangnya mereka hanya mencontoh yang terlihat dari akun-akun tersebut tanpa tahu kenyataan dibalik kesuksesannya.

Kebanyakan mereka juga menggunakan konsep dan menyusun rencana berdasarkan contoh-contoh yang biasa dilakukan orang berbisnis di media sosial. Maka tidak heran jika kita sering berjumpa dengan penjual di media sosial dengan pola dan taktik yang sama.

Padahal, tidak semua calon pembeli di media sosial "mempan" dengan cara yang sama.

2. Menambah Fans atau Followers Sebagai Tujuan Awal

Kebanyakan pebisnis memulainya dengan memperbanyak fans atau followers. Jumlah fans atau  followers dianggap dapat mempengaruhi kredibilitas pemilik akun.

Mensiasati hal tersebut, kebanyakan pebisnis pemula tanpa ragu "membeli" fans atau followers agar dapat segera bersaing dengan akun bisnis lain yang sudah lama ada dengan jumlah fans atau followers yang jumlahnya sudah cukup banyak.

Punya banyak fans atau followers dalam waktu singkat. Salah? Tidak juga.

Sayangnya kebanyakan orang hanya menghamburkan uang dengan membeli fans atau followers yang tidak jelas asal usulnya. Belum lagi kebanyakan akun-akun yang dibeli tersebut merupakan akun tidak aktif yang tidak memberikan respon terhadap konten kita.

Contohnya, akun bisnis yang memiliki jumlah fans atau followers sebanyak 100.000 hanya mendapatkan komentar sebanyak 10 orang pada konten. Pasti terlihat aneh.

Padahal, fans atau followers itu adalah calon pembeli, mengapa harus membeli mereka yang tidak akan membeli?

Jadi, lupakan soal jumlah fans atau followers demi kredibilitas akun. Mari memulainya dengan komunikasi yang baik dengan audiens.

Karena setiap komunikasi yang baik dengan fans atau followers dapat dilihat oleh akun-akun lainnya. Sehingga lebih dapat meningkatkan kredibilitas akun dibandingkan jumlah fans atau followers yang hanya bisa terdiam.

3. Fokus pada "Konten adalah Raja"

Hampir setiap orang yang setiap harinya menggunakan media sosial untuk bisnis selalu berusaha keras membuat kontennya terlihat menarik dan dapat mendatangkan perhatian dan repon dari audiensnya. Bahkan bagi mereka yang sudah sekian lama mempelajari internet marketing juga mengadopsi konsep ini.

Sayangnya kebanyakan mereka hanya fokus terhadap bagaimana membuat konten yang dapat menarik minat audiensnya. Kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa menciptakan hubungan demi mencapai popularitas bisnis jauh lebih baik dibandingkan konten yang indah sekalipun.

Contohnya:
Akun populer yang hanya berupa konten sederhana mendapatkan ratusan komentar. Sedangkan akun (tidak populer) dengan berbagai konten atraktif hanya mendapatkan puluhan komentar.

Populer memang bisa di dapatkan dari konten, karena konten dapat menciptakan kesan dan dapat diingat audiens. Tapi menjalin hubungan dengan audiens jauh lebih baik.

Lebih lengkap:
Konten adalah Raja di Media Sosial? Itu Kuno!

4. Berusaha Menjadi Viral

Siapa yang tidak suka jika bisnisnya menjadi perbincangan banyak orang. Sayangnya, popularitas yang ingin didapatkan para pebisnis pemula hanya dianggap berasal dari konten yang viral.

Tidak semua yang viral memiliki makna positif. Tidak semua yang viral dibuat secara sengaja (alami). Dan yang terpenting, tidak semua yang viral berlangsung selamanya.

Jadi, membuat bisnis menjadi viral dengan makna yang positif saja sudah sangat sulit. Dan menjadi lebih sulit lagi ketika mempertahankannya.

Lebih lengkap:
Fenomena Konten Viral di Media Sosial

5. Bisnis Online TIDAK Selamanya Harus Online

Ada kalanya ketika audiens merasa sangat puas ketika dapat berjumpa langsung dengan penjual bisnis atau mengunjungi langsung ke tempat si penjual.

Meet and Greet menjadi sangat penting bagi audiens yang berinteraksi dengan akun penjual, baik bagi mereka yang sudah lama atau baru mengenal akun penjual.

Hubungan khusus antara penjual dan pembeli yang tidak didapat hanya dengan menatap konten foto atau video dapat menjadikan kesan yang mendalam bagi calon pembeli.

Sayangnya, kebanyakan pebisnis pemula menganggap kalau konsep tersebut hanya membuang waktu dan modal. Padahal, pebisnis pemula yang baru menjajakan dagangan di media sosial sangat minim kepercayaan.

Banyaknya tren permintaan cash on delivery (COD) sebagai cara bertransaksi adalah salah satu yang sering dijumpai oleh pebisnis pemula di media sosial.

6. Konten yang Membosankan

Kebanyakan pebisnis pemula hanya ingin produknya terjual, sehingga semua konten hanya tentang foto produk, harga, penawaran dan kontak penjual sehingga memenuhi isi akun.

Lalu, apa yang membedakannya dengan berjualan di situs jual beli online?

Padahal, masih banyak topik untuk konten yang dapat dibuat berdasarkan tren atau momen, atau menyajikan produk dengan kemasan konten yang berbeda.

Sayangnya, pebisnis pemula lebih mengutamakan hasil penjualan dibandingkan eksplorasi tentang cara menjual.

7. Tanpa Analisis dan Kesalahpahaman Analisis

Ibarat berlayar kelautan, kebanyakan pebisnis pemula hanya membutuhkan perahu. Tidak peduli apakah mereka menggunakan dayung, layar, atau mesin. Mereka bahkan tidak memerlukan kompas.

Contohnya, mereka tidak peduli interaksi atau reaksi audiensnya seperti apa. Mereka juga tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk melakukan posting konten.

Di lain soal, kebanyakan dari mereka mendapatkan hasil analisis bukan dari akun sendiri, melainkan dari hasil analisis luar.

Misalnya, tren analisis oleh pakar media sosial menunjukkan kalau audiens tengah online pada pukul 12.00 hingga 13.00, waktu yang tepat untuk melakukan posting. Kenyataannya, analisis tersebut bukanlah didapat dari fans atau followers kita, melainkan dari akun-akun lain yang dianalisis oleh pakar tersebut. Sehingga hasilnya bisa berbeda dan dapat berubah sewaktu-waktu.

Jadi, setiap akun memiliki hasil analisis yang berbeda-beda. Jika ingin menganalisis, mulailah dengan akun yang dikelola.

Menganalisis langsung dari alat seperti facebook insights atau twitter analytics lebih dari cukup.

Lebih lengkap:
Mengenal Reach dalam Social Media, Pentingkah?
dan
Fitur Analisis Konten dalam Social Media

8. Menggunakan Media Sosial tapi TIDAK Bersosial

Kebanyakan akun bisnis hanya berorientasi terhadap transaksi jual beli, penawaran, diskon, tanya jawab seputar produk atau jasanya. Jika di luar hal yang berkaitan dengan bisnis pribadinya, mereka tidak peduli.

Misalnya, akun bisnis ingin terlihat "besar" dengan jumlah followers yang banyak dan following yang sedikit. Perbandingan followers dan following bisa 1:100.000 atau lebih. Ada banyak akun bisnis yang memiliki brand terkenal menerapkan konsep ini. Dan ini normal.

Namun jika sebagai pebisnis pemula menerapkan konsep ini, kesan audiens yang diharapkan justru sebaliknya. Ego seperti itu menjadi kesalahan fatal bagi pebisnis pemula.

Di media sosial, hal ini seperti memiliki kesan negatif tentang pemilik atau pengelola akun yang mencari teman. Tapi kenyataannya tidak ingin berteman. Berharap mendapatkan banyak followers, tapi tidak ingin mem-follow.

9. Komunikatif yang Responsif

Membangun brand di media sosial memang tidaklah mudah. Popularitas akun juga membutuhkan proses yang tidak mudah.

Sayangnya, keinginan memiliki banyak calon pembeli tidak diimbangi dengan respon cepat dengan pesan yang tepat.

Ini seperti penjual yang ingin didatangi banyak calon pembeli, tapi ketika pembeli datang tidak tahu harus bicara apa atau melakukan apa.

Hal ini dinilai wajar ketika pebisnis pemula hanya fokus dengan membuat konten, menambahkan jumlah followers, dan menganalisa. Tapi tidak siap menghadapi pelanggan.

10. Merasa Bisnis Sudah Besar

Banyaknya pelanggan yang melakukan pemesanan dan memberikan testimoni positif seringkali menjadikan pebisnis pemula berpikir untuk fokus terhadap interaksi yang dianggap penting saja.

Mereka hanya akan memprioritaskan fans atau followers yang memang sudah ingin melakukan pemesanan, transaksi dan memberikan testimoni. Sedangkan perlakuan yang beda didapatkan oleh fans atau followers yang masih bertanya-tanya, tawar menawar, atau yang bersifat keluhan.

Kesimpulan

Media sosial merupakan alat berhubungan sosial dengan banyak orang melalui jaringan internet. Tanpa merubah makna, pebisnis yang menggunakan media sosial sebagai alat pemasaran sebaiknya juga memahami fungsi dan makna media sosial itu sendiri.


(***)


Oleh:
Praktisi Humas & Pemasaran Digital

Ketika suatu topik sedang tren di media sosial biasanya diawali dengan konten yang dapat menyita perhatian banyak orang.

Dan ketika konten tersebut menjadi viral di salah satu jaringan media sosial, maka semakin besar kemungkinan konten tersebut juga menyebar di media sosial lainnya, bahkan masuk di berbagai media massa.

Melihat begitu besarnya jangkauan yang dihasilkan dengan adanya konten yang menjadi viral, maka tak sedikit penggiat mediat sosial ingin menjadikan kontennya menjadi viral.

Terutama mereka yang dengan konsep "Content is a King" berlomba-lomba menciptakan konten viral demi meningkatkan popularitasnya.



Siapapun dapat terkenal apabila konten yang dibuatnya telah menjadi viral.

Bahkan ketika akun yang tidak populer sekalipun dapat menjadi populer ketika konten yang dibuatnya menjadi viral. Namun yang menjadi pertanyaan adalah:


Seberapa viral konten viral?

Jika berbicara soal konten viral, tentunya kita akan bicara tentang seberapa besar konten tersebut dapat menarik perhatian audiens.

Mulai dari skala kecil seperti viral yang hanya di satu kelompok atau komunitas saja, atau viral yang benar-benar viral di berbagai segmen dan demografi audiens.

Berdasarkan Jangkauan Audiens

Konten dapat menjadi viral ketika dinilai dari segi kekuatan konten yang dapat memberikan kesan mendalam kepada audiensnya. Konten yang kuat memiliki kesamaan pamahaman antara pembuat konten dengan audiensnya, sehingga dapat dengan mudah menyebar ke banyak orang. Namun akan semakin menghilang kekuatannya ketika semakin jauh tersebar.


Berdasarkan Pemahaman Audiens Terhadap Konten


Kekuatan Multimedia


Jadi, seberapa viral konten viral? Semua tergantung tentang pemahaman audiens.

Mulai dari mereka yang sangat memahami tentang konten karena adanya hubungan kedekatan dengan si pembuat atau penyebar konten, hingga audiens yang sekedar ikut-ikutan menjadi bagian dalam proses viralnya suatu konten, hingga bentuk penyebarannya.

Namun jika audiens yang menjadi target penyebarannya tidak memahami, tidak tertarik atau bahkan tidak peduli dengan konten tersebut, maka saat itu pula penyebaran konten akan terhenti.

Seberapa lama konten viral dapat bertahan?

Kita sering menjadi bagian dari konten viral di media sosial, namun berapa lama perhatian kita tertuju pada konten viral tersebut? Sama artinya dengan audiens yang menjadi target penyebarannya tidak memahami atau bahkan tidak peduli dengan konten tersebut, maka saat itu pula penyebaran konten akan terhenti.

Konten Viral juga dapat berhenti apabila para audiensnya sudah tidak peduli lagi dengan konten tersebut. Beberapa diantaranya seperti karena rasa bosan, atau karena adanya konten viral lainnya.

Contoh viral yang 'hilang' begitu saja:


Game Pokemon Go yang dibuat selama bertahun-tahun dengan sangat "sempurna" dan menjadi viral di seluruh dunia, terlupakan begitu saja setelah beberapa bulan.

Apakah konten viral dapat berpengaruh pada konten lainnya?

Banyak pembuat konten mampu menjadikan kontennya viral. Namun sayangnya mereka tidak berhasil menjadikan viral pada konten yang dibuat berikutnya.

Hal ini dinilai wajar bila kebanyakan konten yang menjadi viral hanya memiliki kesan unik bagi audiensnya, namun tidak memiliki kesan yang mendalam pada konten lainnya.

Si pembuat konten viral seringkali tidak menyadari bahwa kontennya akan menjadi viral, sehingga tidak memiliki rencana untuk menjadikan viral pada pembuatan konten berikutnya.

Ada pula yang berusaha keras membuat kontennya menjadi viral dengan berusaha memahami audiensnya, namun tidak juga terjadi viral pada kontennya.


Viral Terjadi Secara Alami

Banyak yang berpendapat bahwa segala sesuatu yang menjadi viral terjadi karena "ketidaksengajaan", atau dengan kata lain tidak dapat diprediksi.

Bahkan kita akan sulit mengetahui apakah kita menjadi bagian dari audiens pertama sebelum konten menjadi viral.

Selain itu, ada pula yang membuat kesimpulan atau bahkan tentang cara membuat konten menjadi viral.

Melakukan berbagai macam 'trik' seperti menghabiskan biaya demi meningkatkan jangkauan audiens menjadi lebih besar lagi.

Beberapa diantaranya adalah dengan memasang iklan di media sosial, membayar buzzer, menggunakan banyak akun dan membahas konten yang sama, hingga menggunakan jasa trending topik dan lain sebagainya.

Baca juga:
Fenomena Bisnis Trending Topic di Twitter

Contohnya tentang segala sesuatu yang sedang tren di twitter. Penggunaan jasa trending topik bukan hal yang baru lagi.

Butuh ratusan atau ribuan tweet agar dapat masuk dalam daftar trending topik.

Penyedia jasa menyiapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan, seperti salah satunya dengan menggunakan banyak akun yang hanya dijalankan beberapa orang saja.

Seperti jika kita ketahui saat ini, kebanyakan dari akun tersebut merupakan BOT, atau akun yang tidak memiliki profil sebenarnya seperti pada akun pada umunya.

Akun-akun tersebut bertugas menjadikan viral tentang topik atau konten di media sosial dengan cara penggiringan opini kepada audiensnya bahwa, "topik xxx sedang tren di twitter. Banyak yang membicarakan topik itu".

Baca juga:
Kebohongan Kampanye Politik di Social Media

Sayangnya, menciptakan tren tidak semudah yang kita bayangkan dan rencanakan.

Bahkan artis terkenal yang memiliki banyak fans juga tidak semudah itu membuat kontennya menjadi viral meskipun di kalangan fansnya sendiri.

Ups, viral dengan dampak seperti yang diharapkan oleh si pembuat konten maksudnya.

Namun berbeda jika publik figur melakukan hal aneh seperti berlari keliling kota tanpa pakaian, tentunya peluang menjadi viral akan besar.


Bad News is Good News atau Unik dan Disukai?

Masih banyak orang yang tanpa sadar menyukai berbagai informasi yang bersifat atau berdampak buruk bagi atau tentang mereka dan orang lain.

Berita buruk akan lebih mudah diingat dan menyebar dengan cepat. Selain itu, berita buruk dapat turut serta mempengaruhi audiens lebih cepat dan mudah dalam memberikan responnya.

Selain itu, dampak berita buruk juga dapat bertahan dalam ingatan audiens lebih lama.

Sedangkan segala sesuatu yang unik dan disukai memiliki makna yang lebih positif. Meskipun dapat dengan cepat merangsang audiens untuk memberikan responnya, sayangnya konten yang unik dan disukai kurang dapat bertahan lama dalam ingatan audiensnya.

Bahkan ketika audiens mendapat kesan yang mendalam tentang konten tersebut, peluang untuk menjadikannya ingin menyebarluaskan konten tersebut tidaklah besar.

Hal ini karena rata-rata respon yang diberikan audiens terhadap konten yang unik dan disukai kebanyakan tidak lebih dari hanya memuaskan rasa penasaran bagi para audiensnya.


Viral adalah Bagian dari Fenomena

Dianggap fenomena karena viral sendiri tidak dapat diprediksi dan dan dibuat secara disengaja, bahkan ketika pembuat dan penyebar kontennya sudah dengan rencana sempurna sekalipun.

Selain itu, viral juga dipengaruhi dengan perilaku audiensnya, serta peristiwa yang sedang terjadi.


Kita tidak akan pernah dapat memprediksi konten apa yang akan menjadi viral, kapan suatu konten akan menjadi viral, dan kapan akan berhenti menjadi viral.

Di tengah banyaknya konten yang menjadi viral di media sosial, semuanya memiliki respon yang berbeda-beda bagi tiap audiensnya.

Namun seperti apapun respon audiens terhadap konten yang viral sebaiknya memiliki dampak positif bagi setiap audiensnya, atau setidaknya dapat menghibur audiensnya.


So..

Be Smart, Be Wish



Sony Swangga

Praktisi Humas dan Kampanye Digital

Contact Me

Contact With Me

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and type setting industry when an unknown printer took a galley of type

  • 9908B Wakehurst St.Rockaway
  • 990800113322
  • info@domain.com
  • www.yourinfo.com